Bela FPI, MUI Minta Para Pengkritik Koreksi Diri

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Jika hampir semua elemen masyarakat mendukung pembubaran Front Pembela Islam (FPI), posisi berbeda diambil Majelis Ulama Indonesia (MUI). Semua kritikan dan tudingan yang dialamatkan ke FPI, justru ditanggapi MUI Pekanbaru dengan meminta semua pihak untuk koreksi diri.

Karena, selama ini FPI dinilai terkesan 'tegas' dalam ikut menegakan berbagai peraturan yang dibuat negara termasuk di daerah. "Jangan lalu semuanya menyalahkan FPI, harusnya koreksi diri dan tindak tegas dan memberantas aparat negara yang tidak menjalankan tugas dengan benar," ucap Ketua MUI Pekanbaru, Elyas Husti di Pekanbaru, Jumat (24/2), terkait desakan pihak tertentu untuk membubarkan FPI.

Dikatakan, semuanya orang tahu kalau selama ini FPI ikut bertindak terhadap pihak-pihak yang suka melanggar hukum dan bertentangan dengan peraturan yang harusnya dapat menciptakan ketertiban, ketenangan dan kehidupan yang terbimbing.

MUI Pekanbaru tidak setuju terhadap desakan sejumlah kalangan terhadap pembubaran FPI yang selalu dicitrakan brutal dan anarkis. "Justru yang melakukan tindakan anarkis itu pihak-pihak yang ingin menghancurkan FPI. Setahu saya FPI melakukan tindakan sesuai dengan koridor dan ketentuan hukum yang berlaku," tegas Elyas Husti.

Elyas menambahkan selama ini FPI berperan besar dalam menciptakan amanat Pancasila dan menjalankan peratuaran daerah yang berlaku, namun yang menjadi masalah itu menurutnya ada oknum di dalam ormas tersebut yang perlu pembinaan.

"Kita tidak bisa pungkiri kalau selama ini FPI ikut mambantu pihak berwajib untuk menjalankan peratuaran. Termasuk penertiban panti pijat yang ilegal sampai kepada tempat hiburan malam yang menyediakan penari bugil di Pekanbaru," tegasnya.

Jadi ormas FPI ini masih sangat dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan hukum di tanah air agar tidak lenceng. Tidak hanya itu, lanjut Elyas, FPI juga ambil bagian dalam mengawal kasus-kasus korupsi besar ditanah air, dan proses penegakan hukum bagi kalangan masyarakat bawah.

"Hal yang perlu diberantas itu oknum yang ada didalamnya bukan organisasinya, oleh sebab itu pemerintah seharusnya bisa mengawal dan mengontrol keberadaan ormas-ormas tersebut, karena dengan adanya ormas, pemerintah akan merasa terbantu dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Elyas Husti.

Elyas juga meminta kepada FPI untuk bisa membenahi diri dengan melakukan pengawasan terhadap oknum yang mangatasnamakan FPI kemudian melakukan tindakan anarkis yang berbuntut terhadap citra organisasi atas nama agama ini. "FPI harus bisa melakukan pengawasan untuk menjaga nama baiknya," demikian Elyas Husti.
Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: Antara

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/24/lzw5i5-bela-fpi-mui-minta-para-pengkritik-koreksi-diri
BACA SELENGKAPNYA ...

Sipa Dibalik Aksi Tuntut Bubarkan FPI ?

Sebelum terjadinya aksi yang menuntut pembubaran FPI pasca insiden di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya-Kalimantan Tengah yang melakukan pengepungan terhadap empat delegasi oleh massa adat Dayak, tak ada secuil pemberitaan yang meliput aksi anarkis yang selama ini getol di beritakan oleh media nasional.

Lalu tiba-tiba FPI kembali menjadi sorotan media nasional dan seperti hendak menelan kembali kegaduhan media sebelumnya terkait huru-hara yang terjadi dalam tubuh Demokrat dan SBY.

FPI jadi buah bibir dan tak sedikit cibiran atasnya. Sebuah ormas yang menonjol karena aksi amar ma’ruf dan nahyi munkarnya menarungi kekuatan yang seharusnya dimiliki oleh aparat kepolisian republik ini.

Tetapi bila melihat massa yang menamakan diri Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI yang berslogan “Kami menolak kekerasannya bukan nama FPI-nya,” kata sutradara Hanung Bramantyo yang juga ikut aksi, juga tampak pula Ulil Absar Abdalla, Guntur Romli, Nong Darul Mahmada dari Jaringan Islam Liberal. Lalu, ada Anis Hidayah dari Migrant Care, Nia Dinata, Jajang C Noer dan beberapa komunitas seni, maka mahfumlah bahwa ini adalah sebuah aksi yang hendak membungkam kebebasan berekspresi atas nama demokrasi, humanisme dan pluralisme yang diusung oleh barisan penentang FPI tersebut.

Tak aneh jika aksi menuntut pembubaran FPI tersebut menjadi headline dan perbincangan yang ramai hingga berhari-hari ditelevisi nasional dan media cetak dan online.

Aksi yang menuntut pembubaran FPI dari dulu hingga sekarang bukanlah aksi yang diamini oleh berbagai elemen kemasyarakatan yang ada, melainkan hanya dari kelompok yang itu-itu saja. Yang menggunakan tangan-tangan LSM dan juga menunggangi partai politik, karena dalam barisan tersebut ada orang-orang yang menduduki jabatan di partai politik dilingkaran kekuasaan untuk memuluskan penetrasi ideologi pluralisme yang mereka usung.

Tak ada satupun ormas islam yang mendukung aksi pembubaran FPI, baik itu organisasi seperti NU dan Muhammadiyah. Meskipun ada hal-hal yang dikritisi terhadap cara bertindak yang dilakukan FPI selama ini, tetapi tak ada satu pernyataan pun yang keluar untuk mendukung aksi pembubaran FPI. Semua dilakukan oleh orang-orang yang punya kepentingan terhadap langgengnya hal-hal yang berbau kebebasan tanpa batasan. Lemahnya aparat kepolisian dalam menanganni persoalan pemberantasan penyakit masyarakat jelas dipengaruhi oleh sikap institusi tersebut yang banyak dihuni oknum-oknum yang juga menjadi backing bahkan pemilik tempat-tempat maksiat yang ada. Sehingga celah lemah ini diambil sebagian oleh aksi-aksi dari ormas FPI untuk menunjukkan bahwa masih ada kepedulian dari mereka untuk memerangi kerusakan yang begitu merata hampir diseluruh Indonesia.

Beribu-ribu “wajah” dan “tangan” yang digunakan untuk membubarkan FPI, tetapi hanya satu nafas yang mereka miliki yaitu nafas jaringan islam liberal, tidak lain dan tidak bukan.

http://padiemas.blogdetik.com/2012/02/17/siapa-dibalik-aksi-pembubaran-fpi/
BACA SELENGKAPNYA ...

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Jutaan umat Islam di seluruh belahan dunia memperingati tanggal 12 Rabi’ul Awwal setiap tahun, memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. Kaum muslimin saling memberi ucapan selamat, hadiah dan aneka hidangan yang dipersiapkan untuk peringatan tersebut, bahkan penjual aneka makanan mendapatkan pesanan yang beragam dan melimpah, sesuai kebiasaan dan tradisi khas tempat masing-masing.

Waktu berjalan, peringatan maulid Nabi saw. berkembang secara resmi di kalangan pejabat, raja dan pemimpin umat Islam dengan saling memberi ucapan selamat, do’a-do’a keberkahan, bagi-bagi hadiah untuk penghafal Al Qur’an, orasi dan pidato politik.

Pertanyaannya adalah, Kapan peringatan maulid Nabi saw. bermula ?
Apakah peringatan maulid Nabi saw. di benarkan dalam Islam ?
Apa hukumnya secara syariah memperingati maulid Nabi saw. ini?

Pertanyaan-pertanyaan yang terus terulang saat ada peringatan maulid Nabi saw. setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, masih ada perdebatan seputar hukum memperingati maulid, meskipun Rasulullah saw. sendiri tidak pernah memperingati hari kelahirannya, begitu juga dengan para sahabat dan tabi’in yang merupakan generasi pilihan.

Tradisi Fathimiyyah

Sumber-sumber sejarah menceritakan bahwa, di Mesir ada sekelompok pendukung Fathimah putri Nabi, mereka disebut Fathimiyyin, mereka lah pertama kali yang mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Mereka mengadakan peringatan secara besar-besaran, mereka membagi-bagikan aneka makanan. Di samping memperingati kelahiran Nabi, mereka juga memperingati hari-hari kelahiran keluarga “ahlul bait” Nabi saw.

Inilah kenyataan sejarah yang menjadikan sebagian ulama fiqh menolak peringatan Nabi saw., dan memasukkan katagori bid’ah dalam urusan agama yang tidak ada dasar hukumnya. Rasulullah saw. tidak pernah memperingati hari kelahirannya sepanjang hidupnya, begitu juga para sahabat dan tabi’in.

وهو القائل صلى الله عليه وسلم: “من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد”

“Barangsiapa yang membuat hal baru dalam urusan agama kami yang tidak ada dasar hukumnya, maka ia tertolak.” Artinya tidak termasuk dari ajaran Islam.

Para penentang perayaan maulid juga bersandar para praktek perayaan maulid ketika masa Fathimiyyin yang lebih cenderung berlebihan dalam menyebarkan ajaran syi’ah. Tujuan dari peringatan ini, sebagaimana yang dilihat oleh ahli fiqh sekaligus da’i, Abdul Karim Al Hamdan, adalah penyebaran aqidah syi’ah dengan kedok cinta keluarga Nabi dan disertai dengan praktek-praktek yang tidak diperbolehkan hukum, seperti berlebihan di dalam menghormati pemimpin dengan cara-cara sufiestik yang sudah menjerus pada kultus individu, berdo’a kepada selain Allah, bernadzar kepada selain Allah swt. Inilah bentuk-bentuk peringatan maulid Nabi semenjak kelompok Fathimiyyin sampai sekarang, baik di Mesir atau di belahan dunia lainnya.

Mengapa Kita Tidak Memperingati?

Dalam sudut pandang yang berbeda, Dr. Muhammad ‘Alawi Al Maliki Al Husaini, seorang ahli fiqh, memandang bolehnya memperingati maulid Nabi saw. dengan diisi kegiatan yang bertujuan mendengarkan sejarah perjalanan hidup Nabi saw. dan memperdengarkan pujian-pujian terhadapnya. Ada kegiatan memberi makan, menyenangkan dan memberi kegembiraan terhadap umat Islam. Meskipun ia menekankan tidak adanya pengkhususan peringatan pada malam hari tertentu, karena itu termasuk katagori bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam agama.

Riwayat dari Rasulullah saw, bahwa beliau mengagungkan hari kelahirannya, beliau bersyukur kepada Allah pada hari itu, atas nikmat diciptakan dirinya di muka bumi dengan membawa misi rahamatan lil’alalmin, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang sebab beliau berpuasa pada hari Senin dalam setiap pekan, beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, (ذلك يوم فيه ولدت). “Itu hari, saya dilahirkan.”

Terkait bahwa para sahabat dan tabi’in tidak melaksanakan maulid, Dr Al Husaini mengatakan:

“Apa yang tidak dikerjakan oleh salafus shaleh generasi awal Islam, tidak otomatis menjadi bid’ah yang tidak boleh dikerjakan. Justru perlu dikembalikan kepada persoalan aslinya, yaitu sesuatu yang membawa mashlahat secara syar’i menjadi wajib hukumnya, sebaliknya sesuatu yang menjerumuskan kepada haram, maka hukumnya haram.”

Menurut padangan Dr. Al Husaini, jika memperingati maulid Nabi membawa mashlahat secara syar’i, maka hukumnya dianjurkan, karena di dalamnya ada kegiatan dzikir, sedekah, memuji Rasul, memberi makan fakir-miskin, dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena membawa manfaat.

Tergantung Kegiatan

Sebagian ulama mengingkari peringatan maulid, karena di dalamnya bercampur dengan bid’ah dan kemungkaran yang terjadi sebelum abad Sembilan Hijriyah, dengan bersandar pada hukum asli, yaitu “Menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada meraih mashalahat.”

Ulama ahli Fiqh dari madzhab Maliki, Tajuddin Al Fakihani juga membolehkan. Sebagian ada yang malah menganjurkan, seperti Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Ibnu Hajar Al Asqalani, namun mereka mengingkari praktek-praktek bid’ah. Pendapat mereka ini bersandar pada firman Allah swt, {وذكرهم بأيام الله} “Dan ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah.”

Sejumlah ulama Al Azhar, terutama Syaikh ‘Athiyyah Shaqr rahimahullah, telah berfatwa tentang dibolehkannya memperingati maulid Nabi dengan syarat.

Fatwa itu tertuang sebagai berikut:

“Rasulullah saw telah menetapkan bahwa hari di mana beliau dilahirkan memiliki keutamaan dibanding dengan hari-hari lainnya. Setiap mukmin hendaknya bersungguh-sungguh dalam meraih keagungan pahala, mengutamakan amal. Itulah alasan memperingati hari ini. Dan bersyukur kepada Allah swt atas pemberian-Nya yang sangat besar, berupa kelahiran Nabi akhir zaman yang memberi petunjuk kepada kita menuju syari’at-Nya yang membawa kelestarian. Namun dengan syarat tidak membuatkan gambar-gambarnya secara khusus. Bahkan dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt atas apa yang disyariatkan, mengenalkan manusia keutamaan dan keagungan pribadi Rasul, tidak keluar dari koridor syariat dan berubah menjadi hal yang diharamkan secara hukum, seperti ikhthilat atau campur baur laki-laki dan perempuan, cenderung kepada kegiatan yang tidak ada gunanya dan hura-hura, tidak menghormati baitullah, dan termasuk yang dikatagorikan bid’ah adalah tawasul terhadap kuburan, sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan bertentangan dengan adab.”

Jika yang dominan adalah kegiatan-kegiatan seperti di atas, maka yang diutamakan adalah mencegah kerusakan sebagaimana kaidah ushul:

“Mencegah kerusakan lebih didahulukan dari pada meraih maslahat.”

Namun jika hal-hal positif lebih dominan dan manfaat secara syar’i didapatkan, maka tidak ada larangan memperingati maulid Nabi saw. dengan tetap mengantisipasi hal-hal negatif sesuai kemampuan.” Allahu ‘alam

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/03/442/maulid-nabi-tidak-bolehkah/#ixzz1mczicO48
BACA SELENGKAPNYA ...

Kata MK "Anak lahir di luar nikah tanggung jawab ayah biologisnya"

Jakarta Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan anak yang lahir di luar pernikahan tetap mempunyai hubungan keperdataan dengan ayah biologisnya. Tetapi harus dibuktikan dengan saksi atau tes DNA.

"Mengabulkan sebagian," kata Ketua MK Mahfud MD dalam sidang putusan di gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (17/2/2012).

MK menyatakan pasal 43 ayat (1) UU No 1/1974 tentang Perkawinan yang berbunyi "anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya", mulai saat ini tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya.

"Sehingga pasal tersebut harus dibaca "anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai
hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya"," tambahnya.

Permohonan uji materi ini diajukan oleh Machica Mochtar, istri siri dari mantan Mensesneg (alm) Moerdiono. Hasil perkawinan mereka menghasilkan seorang anak laki-laki, M Iqbal Ramadhan. Akibat pernikahan siri tersebut, Iqbal tidak mendapat nafkah dari Moerdiono.

http://news.detik.com/read/2012/02/17/111200/1844903/10/mk-anak-lahir-di-luar-nikah-ayah-biologis-harus-bertanggung-jawab?n991102605
BACA SELENGKAPNYA ...

Menurut MUI Valentine Hukumnya "Haram"

DUMAI - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Dumai, Riau, menegaskan perayaan Hari Valentine (Valentine’s Day) pada 14 Februari adalah haram bagi umat Islam karena peringatan hari itu lari dari norma agama dan kesusilaan.

Ketua MUI Dumai Roza’i Akbar, Kamis (10/2/2011) menjelaskan, Hari Valentine adalah sebuah hari kasih sayang bagi warga di Dunia Barat yang berada di luar agama Islam.

"Dilihat dari asal muasalnya, diketahui bahwa Valentine merupakan hari raya bagi kaum non-Islam di Roma, Italia. Untuk itu, Valentine haram bagi mereka yang beragama Islam," tegasnya.

Roza’i menyatakan peringatan Hari Valentine merupakan budaya yang tidak pantas diterapkan dalam ajaran Islam karena identik dengan kebebasan kaum remaja dalam menjalin atau mengikat suatu hubungan di luar nikah.

"Apa jadinya jika Valentine membudaya di tubuh Islam. Hal ini yang menjadi pertimbangan kenapa perayaan yang dikenal dengan hari kasih sayang ini haram bagi mereka yang beragama Islam," katanya.

MUI mengimbau kepada seluruh orang tua Muslim untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa Hari Valentine bukanlah sesuatu hal atau hari yang harus dirayakan.

"Selain itu, mereka sebaiknya diberi pengetahuan dan pencerahan agamis agar Valentine tidak menjadi tradisi tahunan bagi kaum remaja muslim," katanya.

http://regional.kompas.com/read/2011/02/10/1405505/MUI.Perayaan.Hari.Valentine.Haram
BACA SELENGKAPNYA ...

Kurang Adil Melihat FPI hanya dari Sisi Negatifnya

MEDAN- Front Pembela Islam (FPI) meminta masyarakat untuk melihat organisasinya secara utuh dan objektif sehingga tidak hanya melihat dari sisi negatifnya saja. Ini dikatakan Sekretaris Majelis Syuro FPI wilayah Sumut Ustaz Iqbal saat ditemui okezone, Kamis (16/2/2012).

FPI sangat berperan besar terhadap bangsa dan negara ini seperti menjadi tim pertama yang melakukan evakuasi korban tsunami di Aceh pada 2004 lalu.

Walaupun wacana pembubaran terus dilakukan, tapi FPI tetap eksis dengan menjalankan program kerjanya dengan menghancurkan kemaksiatan di muka bumi ini.

"Jangan hanya kejadian yang di Kalimantan saja yang dilihat, lihat juga dong nilai positifnya FPI," jelas Iqbal.

Dia berharap pemerintah tidak berpura-pura dan membodohi rakyat dengan memberikan informasi palsu atau melaga umat Islam di Indonesia ini.
(kem)

http://news.okezone.com/read/2012/02/16/340/576941/jangan-lihat-fpi-dari-sisi-negatifnya-saja
BACA SELENGKAPNYA ...

Santri Jawa Timur Tolak Valentine Day

Ratusan santri dari Sekolah Integral Lukman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya melakukan aksi damai di depan gedung negara Grahadi, Kota Surabaya, Senin (13/2/2012). Para santri itu menyerukan penolakan terhadap perayaan Valentine tiap 14 Februari.

"Perayaan Valentine rawan dengan kemaksiatan. Ini jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam. Maka kami menyerukan untuk menolak perayaan Valentine. Ayo boikot Valentine," seru M Risky Nope, salah satu santri.

Anwar Djaelani, humas Sekolah Integral Lukman Al-Hakim menuturkan, selain terkait Valentine, aksi tersebut juga bagian dari kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. "Acara ini bagian dari proses belajar secara integral. Di dalamnya ada aspek pelajaran Agama Islam, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Sosial," katanya.

Dalam aksinya, para santri melakukan orasi dan menggelar aksi teatrikal. Selain itu, mereka juga membagi-bagikan selebaran kepada para pengguna jalan. "Ini sekaligus melatih santri agar terampil berdakwah dalam berbagai situasi," tandas Anwar. [beritajatim.com]
BACA SELENGKAPNYA ...

Maher Zein dan Amr Diab

BACA SELENGKAPNYA ...

Tata Cara Sholat Istikhoroh dan Do'anya

Seperti pada umumnya sholat sunnah, sholat sunnah istikhoroh atau juga lebih sering di sebut sholat istaharoh. Sholat ini adalah merupakan sholat yang dilaksanakan sebanyak dua rokaat.

Setelah membaca Surat Alfatihah pada rokaat pertama, ada yang membaca Surat Al Insiroh (Alam Nasyroh) ada juga yang mebaca (Qul Ya Ayyuha Kafirun sebanyak 11 kali) dan selesai mebaca Surat Al Fatihah pada rokaat kedua ada yang membaca (Qul Huallahu Ahad sebanyak 10 kali) namun itu semua bukan merupakan bukan suatu kewajiban dalam bacaan surat ketika sholat.

Dan yang jelas ada anjurannya adalah setelah selesai sholat, terdapat kaifiyah do'a yang memang dicontohkan oleh Rosulullah Muhammad SAW.

Berikut ini adalah do'a setelah selesai melakukan sholat Istikhoroh:

اللَّهُمَّ إِنيِّ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ, وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ, وَأَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِي فيِ دِيْنيِ وَمَعَاشيِ وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ ليِ وَيَسِّرْهُ ليِ، ثُمَّ بَارِكْ ليِ فِيْهِ. وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ ليِ فيِ دِيْنيِ وَمَعَاشيِ وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنيِّ وَاصْرِفْنيِ عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِيَ اْلخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنيِ بِهِ

yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepa-da-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha-agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kua-sa. Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Eng-kau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (di sini, orang yang mem-punyai hajat hendaknya menyebutkan persoalannya) adalah baik untuk agamaku, kehidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, di dunia atau akhirat, maka taqdirkanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini berbahaya bagiku dalam agama, kehidupanku dan akibatnya terhadap diriku, maka jauhkanlah persoalan tersebut dariku dan jauhkanlah aku darinya, taqdirkan kebaikan untukku di mana pun ia berada, kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku” (HR. al-Bukhari)


Demikian dan semoga bermanfaat.
BACA SELENGKAPNYA ...

Sifat Mulia Rasulullah Muhammad SAW

Orang seringkali menilai dengan parameter subjektif dan melihat orang lain dengan kacamata kuda sehingga sering kali terjadi salah paham dan tidak bertindak dengan arif dan bijaksana dalam menyikap sebuah peristiwa. Hal ini bisa terjadi karena minimnya kesadaran empati dalam memahami kelemahan, kesalahan, kekurangan, kejahilan, dan kenaifan orang lain.

Rasululloh SAW sendiri memberikan contoh empati yg sangat baik.
Syahdan, satu waktu ada orang Badui tiba-tiba kencing di dalam masjid. Hal ini membuat para sahabat bereaksi dan terpancing emosinya. Apa yang dilakukan Rasululloh SAW? Apakah beliau ikut terpancing emosinya dan memarahi si Badui? Ternyata tidak!
Beliau membiarkan si Badui menyelesaikan hajatnya, kemudian beliau meminta para sahabat membersihkan najis akibat ulah si Badui itu. Usai dilakukan pembersihan, Rasululloh SAW memberikan penjelasan kepada para sahabat bahwa Arab Badui tersebut tidak tahu mengenai larangan kencing di dalam masjid, sehingga tidak perlu disikapi dengan emosi yg berlebihan.
Justru tindakan Rasululloh SAW ini menghindari 3 mudharat: Pertama, si Badui terusik hajatnya; kedua, saluran kencing si Badui terganggu kelancarannya, dan ketiga area najis meluas karena si Badui panik saat menuntaskan hajatnya.
Saat ini, sikap seperti Rasululloh SAW sangat sulit ditemukan, jika tidak ingin dibilang mustahil. Pemimpin terkadang malah memancing emosi rakyat biasa yg pemahamannya tidak terlalu mendalam/kurang berilmu. Akibatnya kerusakan terjadi di mana2 hanya karena masalah sepele serta tidak ada keinginan untuk berempati.
Allah SWT berfirman,“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,” (Al Fath (48): 29).
Itu sebabnya Rasulullah SAW begitu dicinta umatnya dan disegani musuh2nya. Beliau begitu mengedepankan sifat kasih sayang, mempermudah umatnya dalam menjalankan syariat agama, lebih memilih bersikap lemah lembut namun jika diperlukan bisa bersikap tegas. Beliau bisa marah namun sikap pemaafnya lebih banyak dan bisa dirasakan.
Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abu Musa dan Mu’adz pada saat keduanya hendak ke Yaman untuk berdakwah,”Gembirakanlah dan jangan kau takut-takuti. Mudahkanlah dan janganlah kau persulit.”
Sebagai pewaris Nabi, maka para da’i, mubaligh, ustadz, ulama, bahkan guru agama juga mestinya memberikan kemudahan bagi umat Islam untuk menjalankan perintah agama sebaik-baiknya. Tentunya, mereka mesti dilengkapi dengan ilmu yang cukup di samping juga kearifan dalam bersikap. Dengan demikian akan muncul sikap toleran sehingga akan selalu ada banyak solusi yg bisa dijadikann pilihan apabila mereka menemui masalah.
Rasulullah SAW juga bersabda,“Hendaklah kamu bersikap lemah lembut dan jangan bersikap kasar. Sesungguhnya tidaklah sikap lemah lembut itu ada pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak pula ia lepas dari sesuatu kecuali mengotorinya.” (HR Muslim)
BACA SELENGKAPNYA ...

Lapisan Hati Yang Paling Luar

Remaja yang sedang jatuh cinta, mengklaim perasaannya itu berasal dari hati yang paling dalam. Tapi, tahukah Anda lapisan hati yang paling luar menurut tasawuf?

Cendekiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat mengatakan, dalam Islam kita harus selalu memohon tambahan petunjuk. Kita tidak boleh merasa sudah benar-benar berada dalam petunjuk sehingga tidak memerlukannya lagi. Dalam Q.S. Maryam: 76, Allah berfirman, Allah tambah orang-orang yang mendapat petunjuk itu dengan petunjuk lagi.

Bila kita sudah mendapat petunjuk Allah, maka Allah akan berikan lagi tambahan petunjuk itu seperti dalam Q.S. Muhammad: 17, Orang-orang yang sudah memperoleh petunjuk, akan Allah tambah petunjuknya. Dan Allah berikan kepada mereka ketakwaannya.

Dalam tasawuf, kita mengetahui bahwa perjalanan mendekati Allah Swt sebetulnya adalah perjalanan menuju hati kita yang paling dalam. Menurut Jalal, kita memiliki beberapa tingkat hati, dari yang paling luar hingga yang paling dalam.

Tingkat yang paling luar kita sebut dengan Shadr. Artinya, hati yang sedih kalau mendapat kesusahan, cemas bila memikirkan bila memikirkan kesulitan, atau senang bila mendapat kegembiraan.

Salah satu nikmat Allah yang pertama kepada Rasulullah Saw ialah Allah bukakan dada Rasulullah, sehingga tidak mengalami kesempitan hati seperti itu lagi. Allah berfirman, Bukankah Kami legakan dadamu, Kami tinggikan sebutan namamu, dan Kami lepaskan dari kamu beban yang menghimpit kamu, yang memberati punggung kamu. (Q.S. al-Insyirah: 1-4).

Zikir sir yang paling awal itu ialah jika shadr kita sudah bisa berzikir. Shadr kita lebih dekat hubungannya dengan otak, metabolism fisik, dan mekanisme hormonal kita. Lantas, apa tingkat hati yang paling dalam? [Bersambung. Sumber: Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 397].

http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3352662405669533976
BACA SELENGKAPNYA ...